MAKALAH
FARMASI FISIKA
STABILITAS
SUSPENSI DAN PENILAIAN STABILITAS SUSPENSI

DISUSUN
OLEH:
1. ELSA
RAHMADANTI (1504007)
2. YOLANDA
MUSTIKA (1504009)
3. RIFKA
ZIHNI (1504011)
SEKOLAH
TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN
PERINTIS PADANG
2016/2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada
Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunianya kepada penulis untuk
menyusun makalah ini. Semoga makalah sederhana ini memberikan manfaat kepada
kita semua untuk dapat lebih medalami materi farmasi fisika.
Demikianlah makalah ini kami buat
semoga bermanfaat bagi kita semua. Segala kritik dan saran yang bersifat
membangun tentang isi penuntun ini sangat dihargai demi perbaikan kualitas
labih lanjut.
Padang, Desember 2016
Tim Penyusun
DAFTAR
ISI
COVER.......................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang......................................................................................... 1
1.2
Rmusan Masalah....................................................................................... 1
1.3
Tujuan
Penulisan....................................................................................... 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Sediaan Suspensi.................................................................... 3
2.1.1 Menurut Buku
Referensia................................................................ 3
2.1.2 Pengertian suspensi secara umum..................................................... 4
2.2
Persyaratan Sediaan
Suspensi.................................................................... 5
2.3
Jenis-jenis
Suspensi.................................................................................... 5
2.4
Kelebihan dan kelemahan sediaan suspensi............................................... 6
2.5 Cara
Pembuatan Suspensi Secara Umum................................................... 7
2.6 Pengertian Suspending Agent................................................................... 7
2.7 Penggolongan Suspending Agent.............................................................. 8
2.8
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi...................................... 10
2.10 Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi........................................ 11
2.11
Penilaian Stabilitas Suspensi................................................................... 13
2.12 Formulasi Suspensi................................................................................. 14
2.13 Pengemasan
dan Penandaan Sediaan.................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan............................................................................................... 16
3.2 Saran......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya teknologi dan ilmu
pengetahuan yang dimiliki manusia, maka manusia juga mengembangkan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan, salah satu bukti kemajuan dari teknologi
manusia adalah sediaan suspensi yang dapat menyetukan dua unsur yang tidak
dapat menyatu apabila terdapat di alam.
Namun, sediaan suspensi masih sangat
asing dikenal oleh masyarakat dan bahkan oleh tenaga kesehatan itu sendiri,
oleh karena itu makalah ini dibuat agar masyarakat lebih memahami tentang
sediaan suspensi beserta seluk beluknya, agar sesuai dengan kaidah yang berlaku
dan sesuai dengan tujuan pembuatnya.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa
itu sediaan suspensi?
2. Apa
saja persyaratan sediaan suspensi?
3. Apa
saja jenis – jenis sediaan suspensi?
4. Apa
kelebihan dan kekurangan sediaan suspensi
5. Bagaimana
cara pembuatan sediaan suspensi
6. Apa
itu suspending agent?
7. Apa
saja klasifikasi dari suspending agent?
8. Apa
saja yang harus diperhatikan dalam sediaan suspensi?
9. Apa
yang dimaksud dengan stabilitas sediaan suspensi?
10. Apa
saja faktor yang dapat memengaruhi stabilitas suspensi?
11. Bagaimana
cara penilaian stabilitas suspensi?
12. Bagaimana
Formulasi suspensi?
13. Bagaimana
cara pengemasan dan penandaan sediaan suspensi?
1.3
Tujuan penulisan
1. Mengetahui
definisi sediaan supensi
2. Mengetahui
persyaratan sediaan suspensi
3. Mengetahui
jenis – jenis sediaan suspensi
4. Mengetahui
kelebihan serta kekurangan sediaan suspensi
5. Mengetahui
cara pembuatan sediaan suspensi
6. Mengetahui
definisi suspending agentMengetahui klasifikasi dari suspending agent
7. Mengetahui
faktor yang harus diperhatikan pada sediaan suspensi
8. Mengetahui
definisi stabilitas sediaan suspensi
9. Mengetahui
faktor yang bisa memengaruhi stabilitas suspensi
10. Mengetahui
cara penilaian sediaan suspensi
11. Mengetahui
formulasi sediaan suspensi
12. Mengetahui
cara pengemasan dan penandaan sediaan suspensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Sediaan suspensi
2.1.1 Menurut buku
referensia
1. Farmakope
Indonesia IV Th. 1995, hal 17
Suspensi adalah sediaan
cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase
cair.
Farmakope Indonesia IV
Th. 1995, hlm 18
Suspensi Oral :
sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair
dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.
2. Farmakope
Indonesia III, Th. 1979, hal 32
Suspensi
adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa
3.
USP XXVII, 2004, hal 2587
Suspensi oral :
sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam
suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan
untuk pemberian oral.
Suspensi topikal :
sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam
suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.
Suspensi
otic : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan maksud
ditanamkan di luar telinga.
4. Fornas
Edisi 2 Th. 1978 hal 333
Suspensi adalah sediaan
cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna
dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk
halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam
cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi jadi,
sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
5. IMO
Suspensi adalah sediaan
yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi
dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat
mengendap, bila digojok perlahan – lahan, endapan harus segera terdispersii
kembali.
2.1.2 Pengertian
suspensi secara umum
Suspensi
adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispers terdiri dari partikel
kecil yang dikenal sebagai fase dispers, terdistribusi
keseluruh medium kontinu atau medium dispersi. Untuk
menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan
yang disebut bahan pensuspensi atau suspending agent.
Suspensi
oral adalah sediaan cair rnengandung-partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan
ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi-yang diberi etiket
sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini.
Beberapa
suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran
padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai
segera sebelum digunakan.
Suspensi
topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang
diberi etiket sebagai "lotio" termasuk dalam kategori ini.
Suspensi
tetes telinga adalah sediaan : cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk di teteskan telinga bagian luar.
Suspensi
optalmik adalah sediaan cair steal yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam
suspensii harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau
goresan pada kornea. Suspensii obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi
masses yang mengeras atau penggumpalan.
Suspensi
untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang
sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
Suspensi
untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa
yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk
suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
2.2 Persyaratan
sediaan suspensi
1. Menurut
FI edisi III
a. Zat
terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
b. Jika
dikocok harus segera terdispersi kembali
c. Dapat
mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
d. Kekentalan
suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang
e. Karakteristik
suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap
agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama
2. Menurut
FI edisi IV adalah
a. Suspensi
tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal
b. Suspensi
yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti
mikroba
c. Suspensi
harus dikocok sebelum digunakan.
2.3 Jenis-jenis suspensi
Suspensi
Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan
oral.
Suspensi
Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.
Suspensi
Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
Suspensi
tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
Suspensi untuk
injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang
sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi
steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
2.4
Kelebihan dan kelemahan sediaan suspensi
1. Kelebihan
sediaan suspensi
a. Suspensi
merupakan sediaan yang menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan
cairan.
b. Untuk
pasien dengan kondisi khusus, bentuk cair lebih disukai dari pada bentuk padat
c. Suspensi
pemberiannya lebih mudah serta lebih mudah memberikan dosis yang relatif lebih
besar.
d. Suspensi
merupakan sediaan yang aman, mudah di berikan untuk anak-anak, juga mudah
diatur penyesuain dosisnya untuk anak-anak dan dapat menutupi rasa pahit.
2. Kelemahan
sediaan suspensi
a. Suspensi
memiliki kestabilan yang rendah
b. Jika
terbentuk caking akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun
c. Aliran
yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar di tuang
d. Ketepatan
dosis lebih rendah dari pada bentuk sediaan larutan
e. Pada
saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (caking,
flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi/perubahan suhu
f. Sediaan
suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
2.5 Cara Pembuatan Suspensi
Secara Umum
1. Metode
dispersi
Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah
terbentuk, kemudian diencerkan.
2. Metode
Presitipasi
Zat
yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang hendak
dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini
kemudian di encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air sehingga akan
terjadi endapan halus tersuspensi dalam air seningga akan terjadi endapan halus
tersuspensi dengan bahan pensuspensi.
2.6
Pengertian Suspending Agent
Suspensi
agent adalah bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut
dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi
diperlambat. Suspending agent berfungsi mendispersikan partikel tidak larut
kedalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa
diperkecil.
Mekanisme
kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tatapi
kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan.
2.7
Penggolongan Suspending Agent
Bahan
pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Bahan
pensuspensi dari alam
Bahan
pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut
atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago
atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut
bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago
sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri.
Hal ini dapat dibuktikan
dengan suatu percobaan :
Simpan 2 botol yang
berisi mucilago sejenis . Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan,
kemudian keduanya disimpan ditempat yang sama.
Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asam dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan. Termasuk galongan gom adalah :
Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asam dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan. Termasuk galongan gom adalah :
a. Acasia ( pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat
tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat
asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 - 9. Dengan penambahan
suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 - 9 akan menyebabkan
penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab dengan kadar 35 %
kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh
bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet (preservative).
b. Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartine mamilosa, dapat larut dalam air tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi tersebut.
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartine mamilosa, dapat larut dalam air tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi tersebut.
c. Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat kambat mengalami hidrasi, untuk mempercepdt hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, Mucilago tragacanth Iebih kental dari mucilago dari gom arab. Mucilago tragacanth balk sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat kambat mengalami hidrasi, untuk mempercepdt hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, Mucilago tragacanth Iebih kental dari mucilago dari gom arab. Mucilago tragacanth balk sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator
d. Algin
Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1- 2%.
Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1- 2%.
e. Golongan bukan
gom
Suspending agent dari
alam bukan gom adalah tanah Iiat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk
tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite dan
veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air mereka akan mengembang dan
mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi.
Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas
dari suspensi menjadi lebih baik. Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak
larut dalam air, sehingga penambahan bahantersebut kedalam suspensi
adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi
dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh
suhu/panas danfermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut
merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat.
2. Bahan
pensuspensi sintetis
a. Derivat
selulosa Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose),
karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas dan cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun, sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan bahan penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet.
Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas dan cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun, sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan bahan penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet.
b. Golongan
organik polimer
Yang paling terkenal
dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagangsuatu pabrik) Merupakan
serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidakberacun dan tidak
mengiritasi kulit, serta sedikit pemakaiannya. Sehingga bahantersebut banyak
digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik
diperlukan kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal
tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.
2.8
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi
1. Kecepatan
sedimentasi (Hk. Stokes)
Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi
dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap,
maka :
Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan sorbitol atau sukrosa. BJ medium meningkat.
Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan sorbitol atau sukrosa. BJ medium meningkat.
Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
2. Pembasahan
serbuk
Untuk menurunkan
tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal : span dan
tween.
3. Floatasi
(terapung), disebabkan oleh :
a. Perbedaan
densitas.
b. Partikel
padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan.
c. Adanya
adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan
penambahan humektan. Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat
padat. Mekanisme humektan : mengganti lapisan udara yang ada di
permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi. Contoh : gliserin,
propilenglikol.
d. Pertumbuhan
kristal : Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh.
Bila terjadi perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat
dihalangi dengan penambahan surfaktan.
Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal
Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal
2.9 Definisi Stabilitas Suspensi
Stabilitas
adalah keadaan dimana suatu benda atau keadaan tidak berubah, yang dimaksud
dengan stabilitas suspensi ialah ke stabilan zat pensuspensi dan zat yang
terdispersi dalam suatu sediaan suspensi, namun dalam sediaan suspensi zat
pensuspensi dan zat terdispersi tidak selamanya stabil, stabilitas sediaan
suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas
partikel agar khasiat yang diinginkan dapat merata ke seluruh sediaan suspensi
tersebut.
2.10 Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi
Beberapa faktor yang
mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran
partikel.
Ukuran partikel erat
hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari
cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan
terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya
tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel
semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama) akan semakin
memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga
untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya parkikel yang terdapat didalamnya dengan demikian dengan menambah viskositas cairan gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum " STOKES ".
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya parkikel yang terdapat didalamnya dengan demikian dengan menambah viskositas cairan gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum " STOKES ".
Keterangan :
V = kecepatan aliran
V = kecepatan aliran
d =
diameter clad partikel
p
= berat jenis dari partikel
po =
berat jenis cairan
g =
gravitasi
η =
viskositas cairan
3. Jumlah
partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu
ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah
melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara
partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat
tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat/muatan
partikel
Dalam suatu suspensi
kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya
tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar
bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut.
Sifat bahan tersebut merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat
mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dililiat dari faktor-faktor tersebut diatas faktor konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas. Ukuran partikel dapat diperkecil : dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dililiat dari faktor-faktor tersebut diatas faktor konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas. Ukuran partikel dapat diperkecil : dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
2.11 Penilaian Stabilitas
Suspensi
1. Volume
sedimentasi
Salah
satu syarat dari suatu suspensi adalah endapan yang terjadi harus mudah
terdispersi dengan pengocokan yang ringan sehingga perlu dilakukan pengukuran
volume sedimentasi.
Volume
sedimentasi adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap
volume mula-mula dari suspense (V0) sebelum mengendap. Volume sedimentasi dapat
mempunyai harga dari < 1 sampai > 1.
2. Derajat
flokulasi
Adalah
suatu rasio volume sedimen akhir dari suspense flokulasi (Vu) terhadap volume
sedimen akhir suspense deflokulasi (Voc)
3. Metode reologi
Metode ini dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku pengendapan dan pengaturan pembawa dan sifat yang menonjol mengenai susunan partikel dengan tujuan untuk perbandingan. Metode reologi menggunakan viskometer Brookfield.
Metode ini dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku pengendapan dan pengaturan pembawa dan sifat yang menonjol mengenai susunan partikel dengan tujuan untuk perbandingan. Metode reologi menggunakan viskometer Brookfield.
4. Perubahan
ukuran partikel
Digunakan
cara Freeze - thaw cycling yaitu temperatur diturunkan
sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali (> titik beku)
Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal dan dapat menunjukkan
kemungkinan keadaan berikutnya setelah disimpan lama pada temperatur
kamar. Yang pokok yaitu menjaga tidak akan terjadi perubahan ukuran
partikel, distribusi ukuran dan sifat kristal.
2.12 Formulasi Suspensi
Pembuat suspensi
stabil secara fisis ada 2 kategori :
1. Penggunaan
"structured vehicle" atau sering disebut juga
suspending agent untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structured
vehicle, yaitu larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan
lain-lain.
2. Penggunaan prinsip-prinsip
flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi
dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspense
system flokulasi ialah:
1. Partikel
diberi zat pembasah dan dispersi medium
2. Lalu ditambah zat
pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
3. Diperoleh suspensi flokulasi
sebagai produk akhir.
4. Apabila
dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah structured
vehicle
5. Produk
akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structured vehicle.
Bahan
pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan
atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat
pemflokulasi yang bermuatan negatif dan sebaliknya. Contohnya suspensi
bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat pemflokkulasi yang
bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfamerazin yang
bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu
AICl3 (Aluminium trichlorida).
Penambahan
bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain
penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi
yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh
bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1:1250), etil p.benzoat (1:500), propil p. benzoat (1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1%.
Disamping itu banyak pula digunakan - garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil, mercuri chlorida fenil mercuri asetat.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1:1250), etil p.benzoat (1:500), propil p. benzoat (1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1%.
Disamping itu banyak pula digunakan - garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil, mercuri chlorida fenil mercuri asetat.
2.13 Pengemasan dan Penandaan
Sediaan
Semua
suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang udara
diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.
Kebanyakan
suspensi harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung
dari pembekuan, panas yang berlebihan dan cahaya. Suspensi perlu dikocok setiap
kali sebelum digunakan untuk menjamin' distribusi zat padat yang
merata dalam pembawa sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan
seragam. Pada etiket harus juga tertera "Kocok Dahulu"
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suspensi
adalah sediaan cair yang terdiri dari dua fase, yang masing – masing fase
apabila terdapat di alam tidak akan bisa disatukan atau digabungkan, sediaan
suspensi secara garis besar ada tiga jenis yaitu suspensi oral, suspensi
topical dan suspensi otic. Cara pembuatan suspensi ada dua, yaitu metode
dispersi dan metode presitipasi yang keduanya membutuhkan suspending agent
dalam prosesnya, baik suspending agent yang berasal dari alam maupun sintetik.
3.2
Saran
1. Saran
bagi pemerintah
Saran
penulis bagi pemerintah agar lebih gencar dalam edukasi terhadap tenaga medis
maupun masyarakat, agar tidak salah dalam penggunaan atau dalam pengaturan dan
perhitungan dosis.
2. Saran
bagi masyarakat
Saran penulis kepada
masyarakat agar lebih kritis dalam membeli dan menerima obat, jangan malu untuk
bertanya dan juga jangan lupa untuk selalu menanyakan penggunaan serta dosis
obat jenis apapun yang anda terima.
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes
RI.1995.Farmakope Indonesia.EDISI
IV.Jakarta.Departemen Kesehatan RI.
Depkes
RI.1979.Farmakope Indonesia.edisi
III.Jakarta.Departemen Kesehatan RI
Depkes
RI.1978.Formularium Nasional,edisi II.Jakarta.
Departemen Kesehatan RI
Anief,Moh.2008.Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta.Gadjah Mada
University